Cerita-Cerita Mural di Shoreditch Street Art, London

London Didiet Maulana

Jika ingin merasakan suasana Brooklyn di London, mampirlah ke Shoreditch Street Art.

Kata para traveler yang memilih kota ini sebagai “the best city in Europe, even in the world”, London punya segalanya untuk setiap orang. Mulai dari sejarah sampai budaya, dari kuliner enak sampai arsitektur yang berusia hingga ribuan tahun. Ketika pertama kali datang ke ibukota Inggris ini pada 2017, aku pun setuju. Dan bagiku, tempat paling “gue banget” di London adalah Shoreditch Street Art.

Suatu hari, ketika baru saja tiba, aku iseng bertanya pada seorang kawan yang tinggal di London, “Kalau mau dapat suasana yang mirip Brooklyn gitu, di mana sih di London?” Temanku berpikir sebentar sampai akhirnya ia mengajakku ke Shoreditch.

Jika di London, seni itu bisa dengan mudah kita temukan. Di Shoreditch lebih-lebih lagi. Shoreditch adalah sebuah distrik di timur London yang dikenal sebagai hub bagi skena street art di kota tersebut. Bentuk Shoreditch kalau ingin dibayangkan adalah blok-blok bangunan bergaya Eropa yang klasik dengan jalan-jalan sempit khas London. Di kawasan itu, terdapat banyak penginapan, kafe, restoran, sampai perumahan.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Didiet Maulana (@didietmaulana) on

Beda area ini dari area lain, dari kejauhan pun kita sudah bisa melihat warna-warni street art terpatri di dinding-dinding bangunan. Di mana-mana, di tiap sudut. Dua kali ke London, pada 2017 dan pada 2019 untuk London Book Fair, aku memastikan untuk menyempatkan mampir ke sini.

Tak ada bosan-bosannya aku memandangi tiap karya seni jalanan di Shoreditch. Macamnya banyak, mulai dari mural sampai stensil, dan dari seniman berbagai kalangan pula. Entah bagaimana membuat jalanan tersebut meriah dan hangat. Rasanya, banyak betul cerita yang tersimpan di sana.

Shoreditch tak sulit untuk dicapai. Tak sampai setengah jam naik kereta dari London. Untuk mengelilingi Shoreditch pun, sesederhana tinggal menikmati seni dengan berjalan kaki. Seperti berkeliling galeri atau pameran, tetapi venue-nya adalah berblok-blok bangunan. Kalau kamu pencinta street art, sekadar informasi bahwa di Shoreditch ada beberapa karya seni yang paling ikonik yang bisa dilihat dengan mata kepala sendiri. Semisal, artwork karya Banksy “Graffiti Area” di Rivingston Street, “Mushroom Art” karya Christiaan Nagel di Great Eastern Street, sampai “West Papua Portrait” karya Dale Grimshaw di sudut Hanbury Street dan Brick Lane.

Shoreditch sendiri meliputi beberapa jalan yang punya keunikan masing-masing. Katakanlah, Wilkes Street dengan satu karya stencil portraits ikonik dari Paul Don Smith, Princelet street dengan mural karya Stik, Hanbury Street dengan mural burung bangau raksasa atau seorang lelaki dengan rambut terbakar, El’s Yard dengan mobil pink karya Banksy, sampai jalan favoritku, Brick Lane.

 

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Didiet Maulana (@didietmaulana) on

Meskipun London tak ada hari tanpa hujan, tetapi perasaan tenang melangkah di bawah hujan, berlindung di bawah payung, mendengar kecipak air dari langkah-langkah kaki, dan memandangi karya seni yang basah di dinding, sungguh tak ada duanya.

Di luar memandangi mural dan grafiti, hal menarik yang bisa dilakukan di Shoreditch adalah menghabiskan waktu keluar-masuk thrift store dan toko buku. Di Brick Lane, aku menemukan banyak mural menarik, juga tentunya restoran kekinian dan thrift store yang nantinya jadi favoritku.

Beigel Bake Brick Lane Bakery, yang hanya menyajikan satu menu saja yaitu bagel salami, adalah salah satu tempat yang menjual bagel enak. Tempatnya kecil dan sederhana, tapi di jam-jam makan, antrean akan panjang sekali mengular. Memang tak bisa dine-in, tetapi justru itulah menariknya. Aku selalu akan memesan bagel di sana, membungkusnya, dan mencari tempat duduk nyaman di area Shoreditch lalu menikmati bagelku dengan nikmat.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Didiet Maulana (@didietmaulana) on

Toko buku favoritku juga ada di Brick Lane. Namanya, Brick Lane Bookshop, sebuah toko buku sederhana yang mengingatkan pada toko buku-toko buku lawas di fiksi Harry Potter. Tepat di seberang toko buku ini, ada sebuah thrift store menarik bernama Vintage Rokit. Aku membeli jaket denim unik di sini.

London kala itu setiap hari bersuhu sekitar 7 derajat C. Sekali lagi, hujan disertai angin pun tak bosan-bosan turun. Karena cuaca ini, aku selalu menghabiskan sore dengan segelas teh. Tak hanya karena kebetulan aku sedang berada di Inggris, tapi teh rasanya bisa menghangatkan hari. Lagipula, teh Inggris nikmat tak terkira.

Setelah cukup dengan mural-mural, thrift store, dan toko buku, selagi masih di kawasan Shoreditch, aku senang mampir di Soho Works Shoreditch London Tea Building. Seringnya sendirian, tetapi ada teman minum teh pun boleh juga.

Berkeliling Shoreditch Street Art itu bisa menghabiskan setengah hari. Beberapa mural di sana terkadang dihapus dan digantikan dengan karya baru. Namun, ada beberapa karya yang sudah ada di sana bertahun-tahun lamanya dan tak ke mana-mana. Dan sembari menyesap teh dari cangkir gemas di Soho Works, aku sekali lagi menyadari bahwa betapa jatuh cintanya aku pada karya seni dan arsitektur. Shoreditch berbaik hati menyajikan keduanya sekaligus. Ah…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *