When You Can’t Go Outside, Go Inside

Didiet Maulana meditasi for anxiety

Di satu hari di bulan April 2020, waktu orang-orang masih patuh pada aturan #dirumahaja dan waktu kasus Covid-19 tidak semerajalela hari ini, muncul keinginan untuk berbagi ke kalian. Tiba-tiba terpikir, selagi tidak bisa keluar rumah, bisa jadi masa karantina adalah waktu yang tepat buat kita untuk masuk lebih dalam (ke diri sendiri).

Alamak, sore-sore dan belum mandi, entah ada angin apa pula tiba-tiba aku terpikir satu kalimat ini di kepala:

 

“When you can’t go outside, go inside.”

 

Sejak karantina mandiri dimulai dan harus kerja dari rumah sejak pandemi merebak, jujur saja, perasaan tidak enak dan tingkat kecemasan meningkat. Aku pribadi merasa demikian, kamu mungkin juga. Terlebih ketika terus-menerus terpapar berita-berita di platform mana pun yang menunjukkan tanda-tanda kondisi memburuk. Terutama, masa depan yang tidak pasti (kapan pandemi selesai, kapan bisa kembali bekerja, kapan kelar karantina, kapan bisa bertemu keluarga, dll) membuat kita tambah takut dan gemetar.

Didiet Maulana Traveling Tanimbar
Rindu traveling, tetapi sekarang belum saatnya.

Berusaha untuk tetap positif di situasi ‘istimewa’ semacam ini sulitnya memang minta ampun. Pikiran-pikiran buruk seringkali muncul bersamaan dengan bertambahnya jumlah korban dan lambatnya pergerakan pemerintah dalam mengatasi outbreak ini. Apalagi, banyak orang yang akhirnya terpaksa atau tidak terpaksa tidak bisa karantina mandiri karena berbagai alasan.

Kalau sudah begini, aku biasanya rehat. Minta time out pada diri sendiri untuk tidak membaca berita dulu, dan fokus untuk melakukan apa yang masih ada dalam kontrolku. Seperti, menjaga kesehatan fisik dan mental dengan berolahraga, berjemur, sampai meditasi di rumah.

“Surrender, trust yourself, trust your God; Allah, Tuhan, Bapa, atau universe—siapa pun yang bisa membuat kita nyaman dan bisa menaungi saat kita butuh mengadu.” -DM

“Loe nggak bisa keluar, nih. Ya udah, loe pergi deh ke dalem.” Kalimat itu muncul lagi ketika aku sunbathing. Ke dalam mana maksudnya? Ya, ke dalam diri kita sendiri. Bagaimana cara pergi ke dalam diri sendiri? Bagaimana cara mengenali kembali diri sendiri? Pertanyaan-pertanyaan silih-berganti di kepala. Namun, buat aku, cara paling nyaman yang bisa aku lakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu adalah dengan meditasi.

Mungkin banyak yang berpikir, “Tapi meditasi bukannya ritual agama lain? Kalau muslim gimana?” Dulu, aku pikir, juga berkaitan dengan agama. Namun, setelah belajar lebih dalam, meditasi bisa kita lihat sebagai sebuah aktivitas atau teknik yang bisa membuat kita kembali terkoneksi dengan diri sendiri. Meditasi adalah ketika kita menyadari segala tarikan napas mampu menarik semua positivity dan melepaskan segala kecemasan kita. Ini yang belakangan banyak aku lakukan.

Didiet Maulana meditasi for anxiety

Meditasi mampu membuat kita lebih bahagia dan fokus, pikiran kita lebih jernih, imun tubuh meningkat, dan di akhir hari, membuat kita lebih bersemangat juga optimistis.

 

Meditasi juga yang membuatku bisa lebih menerima keadaan yang terjadi ini. Kalau biasanya kita bisa dengan leluasa pergi keluar (traveling, dan sebagainya), sekarang apa boleh buat, kita harus menerima kalau sedang tidak bisa melakukan itu. Kenapa harus memikirkan yang tidak ada, ketimbang mensyukuri apa yang ada? Lagipula, dengan kita memilih ada di rumah, kita bisa menyelamatkan banyak nyawa, termasuk nyawa sendiri.

 

Throwback traveling selama karantina di rumah saja.

Buat teman-teman, setelah membaca ini, silakan masuk lebih dalam ke diri sendiri. Semoga masa karantina dan waktu kita di rumah aja bisa lebih menenangkan jiwa.

 

“Find a way to connect with yourself. Find a way to make yourself happy.”

 

Kebahagiaan itu adalah kekuatan yang besar. Sebab, ketika bahagia, kita bisa membuat orang di sekitar kita bahagia. Selamat meditasi, dan berbahagialah!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *